Opera Van Java tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Acara situasi komedi yang dikemas dalam bentuk opera, atau ketoprak ini menjadi salah satu acara favorit masyarakat Indonesia. Opera Van Java tayang setiap hari pada slot prime time, didukung oleh artis-artis yang terkenal sebgai komedian, antara lain Sule, Azis Gagap, Nunung, dan sebagainya. Acara ini menggunakan konsep panggung dan terdapat dalang serta sinden yang pura-puranya berada di belakang layar (namun lebih sering dalang, yang diperankan oleh Parto, masuk ke set/ panggung), sehingga menawarkan tayangan komedi yang cukup berbeda dengan tayangan-tayangan komedi lainnya.

Opera Van Java memiliki banyak penggemar. Mulai dari anak-anak hingga orang tua. Mengapa? Karena acara ini sangat lucu dan menghibur. Konsep cerita dan set panggungnya menarik serta dilengkapi dengan kostum dan iringan musik yang bagus. Celetukan-celetukan humor nya pun mudah dimengerti oleh masyarakat sehingga benar-benar dirasa lucu.
Akan tetapi, justru karena humor yang mudah dimengerti ini lah yang terkadang meresahkan. Acara Opera Van Java sering menampilkan celetukan-celetukan humor yang vulgar, padahal jam tayang nya berada pada prime time. Dalam acara ini juga mengandung banyak unsur kekerasa, baik memukul, mendorong, atau melempar benda. Meski pun terdapat tulisan “PROPERTI YANG DIGUNAKAN AMAN, JANGAN MENIRU ADEGAN DI RUMAH” akan tetapi apakah anak yang berumur dibwah 5 tahun akan mengerti? Belum tentu. Anak-anak seusia itu belajar dari apa yang mereka lihat. Sehingga tidak sepatutnya acara Opera Van Java menayangkan lelucon vulgar maupun kekerasan. Suatu humor juga dapat diciptakan melalui lelucon yang sehat, dan mungkin penampilan yang mengundang tawa, misalnya kostum yang lucu, dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment