Wednesday, December 15, 2010

Banyak orang bilang manusia itu makhluk sosial, makhluk yang selalu membutuhkan orang lain. Tidak sepenuhnya benar. Menurut saya manusia bisa hidup sendiri jika dalam situasi tak ada seorang pun yang bisa dan mau membantunya. Manusia yang bisa melewati situasi seperti itulah yang pantas disebut manusia mandiri.

Wednesday, December 8, 2010

Opera Van Java: Dilema antara Kelucuan dan Moralitas




Opera Van Java tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Acara situasi komedi yang dikemas dalam bentuk opera, atau ketoprak ini menjadi salah satu acara favorit masyarakat Indonesia. Opera Van Java tayang setiap hari pada slot prime time, didukung oleh artis-artis yang terkenal sebgai komedian, antara lain Sule, Azis Gagap, Nunung, dan sebagainya. Acara ini menggunakan konsep panggung dan terdapat dalang serta sinden yang pura-puranya berada di belakang layar (namun lebih sering dalang, yang diperankan oleh Parto, masuk ke set/ panggung), sehingga menawarkan tayangan komedi yang cukup berbeda dengan tayangan-tayangan komedi lainnya.

Opera Van Java memiliki banyak penggemar. Mulai dari anak-anak hingga orang tua. Mengapa? Karena acara ini sangat lucu dan menghibur. Konsep cerita dan set panggungnya menarik serta dilengkapi dengan kostum dan iringan musik yang bagus. Celetukan-celetukan humor nya pun mudah dimengerti oleh masyarakat sehingga benar-benar dirasa lucu.

Akan tetapi, justru karena humor yang mudah dimengerti ini lah yang terkadang meresahkan. Acara Opera Van Java sering menampilkan celetukan-celetukan humor yang vulgar, padahal jam tayang nya berada pada prime time. Dalam acara ini juga mengandung banyak unsur kekerasa, baik memukul, mendorong, atau melempar benda. Meski pun terdapat tulisan “PROPERTI YANG DIGUNAKAN AMAN, JANGAN MENIRU ADEGAN DI RUMAH” akan tetapi apakah anak yang berumur dibwah 5 tahun akan mengerti? Belum tentu. Anak-anak seusia itu belajar dari apa yang mereka lihat. Sehingga tidak sepatutnya acara Opera Van Java menayangkan lelucon vulgar maupun kekerasan. Suatu humor juga dapat diciptakan melalui lelucon yang sehat, dan mungkin penampilan yang mengundang tawa, misalnya kostum yang lucu, dan sebagainya.

Monday, December 6, 2010

Priority of Life

IPK bagus? lulus? kerja? nikah? apa sih sebenernya yang kita cari? apa kita berhasil bikin prioritas dalam hidup kita?
Let's take a journey back to our mind. Dari kecil, dari umur 3 atau 4 taun kita udah masuk sekolah (sekolah-sekolahan maksudnya, TK), terus dibilang tar setelah ini masuk SD kita nurut, setelah itu kita tau kalo tingkatan pendidikan yang harus kita tempuh itu TK, SD, SMP, SMA, baru deh sekarang kuliah, ada juga yang langsung pengen kerja.
Terus terang sampe sekarang saya masih suka bingung sama apa yang mau saya lakuin selama dan setelah kuliah tar. Saya pengen berkembang selama kuliah ini, bukan dalam arti secara akademis, tapi secara pengalaman. Saya merasa butuh pengalaman yang maha banyak untuk bekal hidup saya kedepan yang masih belum tergambar. Saya harus dan pengen banget travelling ke mana-mana, ke kota-kota di Jawa, luar Jawa, kalo perlu ke luar negeri sekalian. Kenapa saya memprioritaskan mencari pengalaman di waktu kuliah? Jelas banget di otak saya pas tar saya kerja, saya bakal susah banget cari waktu yang tepat buat liburan atau bahkan berkunjung ke kota lain barang sehari dua hari. Selain karena kerja itu kewajiban, butuh duit, dan ga bisa bolos (kuliah mah mau bolos juga terserah), juga dikarenakan kesombongan pribadi saya yang bercita-cita untuk pamer ke semua orang pas kerja nanti kalo saya udah pernah ke mana-mana hehehehe
Apa mungkin dilakuin pas udah nikah? Wow sangat tidak mungkin sekali. Banyak alasan yang membuat ketidakmungkinan itu semakin jelas di benak saya. Satu, kita bakal terkontrol dan ga bisa ninggal tanggung jawab rumah gitu aja. Dua, belum tentu diijinin suami. Tiga, duit gaji ga bisa buat foya-foya sendiri. Dan empat, belum lagi kalo suami minta ikut, hadeeeeh males sekali rasanya membayangkan saya pengen bener-bener cari pengalaman tapi harus menyesuaikan bla bla bla sebagainya dengan suami.
Itu prioritas saya waktu kuliah ini. Nantinya setelah lulus saya belum kepikiran mau jadi apa. Pengen jadi dosen, tapi sisi idealis saya pengen saya jadi program director acara TV. Ga tau apa nantinya yang akan saya pilih, yang jelas setelah lulus saya sekali lagi harus dan pengen langsung lanjut ke S2. Baru setelah itu mikir kerjaan beneran. Saya ga menargetkan umur berapa saya harus menikah, tapi saya menargetkan umur berapa saya harus jadi orang yang bener-bener sukses dan banyak duit, yaitu umur 27. Masalah nikah saya rasa bisa dipikirkan setelahnya. Toh nikah juga butuh banyak duit, dan menurut saya sekarang ini, nikah itu sangat merepotkan sekali kalo kita ga amat sangat kaya. Yang jelas saya harus punya banyak waktu untuk bersukses ria menikmati hasil kerja saya dan menggunakannya untuk nyenengin orang tua saya. Dan itu ga cukup barang satu atau dua tahun. Saya ga mau target nyenengin orang tua saya lakuin setelah nikah, karena rasanya pasti beda. Saya pengen bisa nyenengin keluarga saya sebelum saya bikin keluarga baru. Hmm.. sepertinya saya sudah semakin pandai bikin prioritas. Ga ada salahnya kita bikin prioritas dalam hidup, seengganya sampe kerja, menyenangkan sekali lo sambil membayangkan apa jadinya nanti. Trust me, just try it!