Monday, November 15, 2010

Sinetron, Pendominasi Masyarakat dengan Budaya Patriarki

Which one of us who really likes television serial? Atau lebih gampanganya kita sebut sinetron. Pasti almost all of us atau mungkin orang tua, saudara-saudara, keluarga kita suka menikamati sinetron di prime time. Sinetron telah menjadi tayangan utama hampir di seluruh stasiun televisi di Indonesia. Rata-rata sinetron jaman sekarang menggunakan nama tokoh utamanya sebagai judul. Dan tokoh utama yang namanya digunakan sebagai judul selalu berjenis kelamin perempuan. Misalnya Kemilau Cinta Kamila, Cinta Fitri, Intan, dan sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya inti ceritanya tidak benar-benar bicara tentang perempuan. Perempuan dalam sinetron-sinetron tersebut, justru menjadi pihak yang didominasi oleh laki-laki dan tidak memiliki otonomi terhadap dirinya sendiri. Seringkali dalam sinetron, seorang perempuan yang cantik, baik, pintar, lemah lembut dan penyayang selalu disiksa, dianiaya, dan bahkan tidak bisa mengontrol hidupnya sendiri. Budaya patriarki berperan besar dalam sinetron. Sinetron yang mengatasnamakan perempuan, justru berisi tentang dominasi laki-laki. Perempuan yang memegang jabatan tertinggi di perusahaannya tetap harus menyiapkan baju suaminya di pagi hari. Mengapa? Karena sudah dianggap kodrat dan keharusan.

Media televisi, khususnya sinetron, sebenarnya memiliki peran yang strategis dalam memberikan pengaruh terhadap masyarakat. Namun dengan adanya dominasi budaya patriarki, sinetron justru memperkuat konstruksi sosial yang telah melekat di masyarakat tentang bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya bersikap sesuai dengan kodratnya. Misalnya saja dalam suatu rumah tangga, yang diwajibkan untuk bekerja adalah laki-laki, sedangkan perempuan mengurus anak, atau pun jika bekerja, tidak menjadi sumber penghasilan utama keluarga. Begitulah stereotipe yang selama ini melekat pada masyarakat. Hal ini didukung oleh sinteron-sinetron di Indonesia yang selalu menampilakan pekerja laki-laki dan pengurus rumah perempuan. Melekatnya stereotipe tentang sifat-sifat dasar laki-laki dan perempuan yang pada akhirnya dianggap sebagai kodrat, dan dukungan dari tayangan-tayang televisi terutama sinetron Indonesia yang didominasi budaya patriarki, semakin membuat masyarakat yakin dengan posisi laki-laki dan perempuan yang mereka kenal dari kecil hingga sekarang.

No comments:

Post a Comment